Senin, 10 September 2018

Misi Pergantian Sistem Dibalik Tagar #2019GantiPresiden


Direktur Lembaga Daulat Bangsa, Soffa Ihsan menilai ada misi politik untuk mengganti sistem di balik gerakan #2019GantiPresiden. Dia khawatir langkah itu merusak demokrasi yang sudah ada di Indonesia.
“Gerakan seperti ini harus diwaspadai dan dicegah agar tidak terjadi di Indonesia,” kata dia dalam keterangan tertulisnya, Jumat (7/9/2018).
Soffa menduga Hizbut Tahrir di Indonesia (HTI) yang sudah dibubarkan oleh pemerintah ikut ‘bermain’ dalam gerakan ini. Menurutnya, gerakan itu bukan untuk perubahan menjadi lebih baik.
“Ini adalah gerakan politik ekstrem yang dimainkan oleh PKS yang dalam satu periode tidak memegang kekuasaan,” katanya.
Dugaan ini diperkuat dengan berbagai pernyataan yang sudah terekam di sosial media. Dan kalau dirunutkan, PKS adalah satu-satunya partai di Indonesia yang memiliki ideologi transnasional yang merujuk pada ideologi ikhwanul muslimin (Muslim Brotherhood).
“Ideologi ini pernah berkuasa dan hampir berhasil menggantikan sistem pemerintahan di Mesir pada 2013,” ujarnya.
Lebih lanjut kata dia, pergantian sistem itu telah mengakibatkan perang saudara dan meninggalnya masyarakat sipil kurang lebih seribuan orang.
“Sampai hari ini, pemerintah Mesir masih dalam kategori krisis keamanan,” katanya.
Dalam konteks gerakan politik yang berkembang di Indonesia sekarang ini, lanjutnya lagi maka terlihat sekali bahwa Ikhwanul Muslimin memiliki ikatan ideologi dengan kelompok Hizbut Tahrir yang sama-sama mengusung ide khilafah Islam.
Namun, bedanya lanjut Soffa, Ikhwanul Muslimin memperjuangkannya dengan masuk ke parlemen, sementara Hizbut Tahrir memperjuangkannya di luar sistem.
Menurutnya ketika HTI dibubarkan oleh pemerintah Indonesia, mereka sepertinya berjalan bersama dengan PKS, yang kemudian berlindung di bawah system demokrasi dengan tagar #2019GantiPresiden.
“HTI adalah kelompok anti Pancasila, demokrasi, dan NKRI tetapi dalam perjuangannya memanfaatkan prinsip-prinsip demokrasi seperti ketika pembubarannya oleh pemerintah, dia meminta hak-hak kebebasan berpendapat sebagaimana diatur dalam Negara demokrasi,” ujarnya.
Jika kemudian ada kampanye dalam tagar #2019GantiPresiden antara kader PKS dan HTI secara bersamaan, maka tidak heran karena keduanya memiliki ideologi yang sama. Ditegaskan, salah satu pemeran utama tagar politik itu, yakni Neno Warisman juga punya kedekatan PKS, kalau tak mau disebut sebagai kader PKS.
Sementara, Mardani Ali Sera sempat membuat vlog bareng dngan Jubir HTI Ismail dengan menyebut ganti presiden, ganti sistem.
Sumber : https://bidikdata.com/misi-pergantian-sistem-dibalik-tagar-2019gantipresiden.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar