Selasa, 16 Oktober 2018

Contek Kampanye Trump Retorika Prabowo Yang Anti Asing Dipertanyakan

Contek Kampanye Trump Retorika Prabowo Yang Anti Asing Dipertanyakan
Calon Presiden Prabowo Subianto diketahui mulai melancarkan tagar ‘Make Indonesia Great Again’ mengundang kontroversi di masyarakat.
Seperti diketahui sejak Pilpres 2014 Capres Prabowo menyerang Presiden Jokowi dengan isu pro asing yang menjadikan konsistensi retorikanya tentang Anti Asing dipertanyakan.
Capres Prabowo Subianto menyinggung slogan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump saat Pemilu AS 2016, ‘Make America Great Again’ dengan menggantinya menjadi ‘Make Indonesian Great Again.
Sekretaris Jenderal PSI, Raja Juli Antoni menuding Prabowo tak paham konteks mengenai ‘Make Indonesian Great Again’.
“Selama ini retorika Pak Prabowo itu selalu anti asing. Tapi kok mendadak sekarang malah menyontek Amerika dan yang dicontek Donald Trump pula lagi, yang mempunyai masalah dengan rasisme, soal dengan imigrasi, antimuslim.
Jadi ya kelihatan enggak paham konteks aja,” kata Raja Juli Antoni saat dikonfirmasi, Jumat (12/10).
Dia pun menilai, jelas yang disampaikan Prabowo yang meniru Trump, bernuansa rasisme. “Sangat (bernuansa rasisme).
Itu supremasi kulit putih sebenarnya. Jadi ingin supaya ada membuat tembok di Meksiko supaya imigran enggak datang, ya itu juga imigran muslim. Kaya anglo-white saxon gitu. Jadi supremasi kulit putih begitu. Jadi rasis sebenarnya. Itu slogan rasis,” ungkap Raja.
Meski slogan Trump berbau rasisme, ada dua kemungkinan menurutnya Prabowo meniru hal tersebut. “Ya ada dua kemungkinan.
Pertama dia memang mempunya cara pemikiran seperti Trump yang rasis. Dalam konteks Indonesia tentu ada istilah pribumi dan nonpribumi.
Apa itu maksud dia, atau kedua dia enggak paham aja slogan itu. Ya asal copas saja enggak ngerti konteks slogan itu apa.
Amerika itu udah gede, luar biasa di jaman lama, hebat. Jadi kalau diklaim “great again” ya itu tadi, ada supremasi kulit putih yang sedang dia.
Apa Pak prabowo ingin ada supremasi kulit apa di sini? suku apa? agama apa? Apa itu tujuannya,” kata dia.
Wakil Sekretaris Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma’ruf ini, menyebut Prabowo hanya mampu beretorika, namun tak ada isinya.
“Begitulah kalau kita punya Capres yang hanya mampu beretorika berbunga-bunga dan enggak ada isinya. Sekarang kan jadi sulit tuh semua mengklarifikasi tim suksesnya,” pungkasnya.
Sebelumnya diberitakan, Capres Prabowo Subianto menyebut sistem perekonomian saat ini sebagai ekonomi kebodohan. Hal itu dikatakan saat berpidato di Rakernas Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Lubang Buaya, Jakarta Timur, Kamis (11/10).
“Ini menurut saya bukan ekonomi neolib lagi, ini lebih parah dari neolib. Ini menurut saya ekonomi kebodohan. ‘The economics of stupidity’. Ini yang terjadi,” kata Prabowo.
Prabowo juga meniru kalimat Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada saat Pemilu AS 2016, ‘Make America Great Again’. Perkataan Trump tersebut diucapkan dengan menggantikan kata America dengan Indonesia.
“Kenapa bangsa Indonesia tak berani bilang Indonesia first, make Indonesia great again? Kenapa tidak ada pemimpin yang berani bilang gitu?,” lantang Prabowo.
Kalimat ‘Make America Great Again’ populer dalam Pilpres Amerika pada 2016 lalu. Slogan tersebut dipopulerkan oleh Presiden AS Donald Trump.
Pada 1980, Ronald Reagen mantan presiden Amerika juga mengucapkan hal sama dalam kampanyenya.
Perkataan Prabowo tersebut terlontar usai membahas soal Neoliberalisme, sebagai paham ekonomi yang mengacu pada filosofi ekonomi-politik akhir-abad keduapuluhan.
“Karena semua negara berhasil adalah negara yang mampu mempertahankan ekonominya masing-masing.
Dulu di Orde Baru saya percaya Neolib, saya percaya yang orang kaya sedikit dahulu tapi nanti nurun ke bawah. Tapi ternyata turunnya (sekarang) cuma setetes-setetes,” ujarnya.
Prabowo menyinggung, Neoliberalisme tidak bisa berlaku di semua negara. Paham ekonomi tersebut, menurut Ketum Gerindra ini, hanya manjur pada negara kaya saja.
“Paham neolib menarik bagi bangsa yang sudah kaya, padahal tak berlaku bagi semua, sekarang begitu Amerika Serikat kalah dengan Tiongkok, dia menyatakan perang dagang, tidak ada free trade lagi,” papar Prabowo.
Karenanya Prabowo menekan kepada Indonesia agar bisa berdiri di atas kaki sendiri. Namun hal itu tidak untuk membenci negara asing, namun lebih kepada belajar memperbaiki diri dan tidak menjadi pesuruh di negeri sendiri.
“Jangan kita benci negara mana pun, kita harus belajar dari negara mana pun, kita jangan jadi kacung dari bangsa lain, kita tidak boleh kehilangan Tanah Air kita,” tutup Prabowo.
Prabowo juga banyak mengkritik pemerintah atas kondisi perekonomian Indonesia. Kelakuan para elite pemimpin di negeri ini menurutnya harus dikoreksi. Menurut dia, para elite Indonesia telah gagal mengelola perekonomian Indonesia.
“Harus ada keberanian untuk mengoreksi diri kita. Kita harus berani untuk mengoreksi sistem yang salah, kembali ke jalan yang benar sesuai dengan rancang bangun yang ditetapkan, yang digariskan oleh pendiri-pendiri bangsa kita,” jelasnya di Pondok Pesantren Minhajurossyidin, Lubang Buaya, Jakarta Timur.
Menurutnya, para elite saat ini tak pernah membicarakan Pasal 33 UUD 1945. Pasal itu menjamin bahwa semua kekayaan di negara ini dikuasai negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.
Bahkan, ia menyindir, tak ada ketua umum parpol yang membahas pasal tersebut kecuali ketua umum parpol yang tergabung dalam koalisi Prabowo-Sandi.
“Adakah ketua umum parpol lain yang bicara Pasal 33? Mungkin yang ada sekarang di koalisi yang saya pimpin,” ujarnya.
“Membahas saja Pasal 33 bahkan tidak mau,” sambungnya.
Sumber : https://bidikdata.com/contek-kampanye-trump-retorika-prabowo-yang-anti-asing-dipertanyakan.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar