Sabtu, 03 November 2018

Biadab! Sandiaga Terbukti Sebar Hoax Musibah Lion Air Untuk Cari Simpati

Sandiaga ini tukang hoax. Dia menggunakan cara-cara biadab untuk mengangkat elektabilitasnya. Ia mendompleng dan menebeng dan menunggangi kejadian nahas Lion Air untuk mencari perhatian. Sandiaga sebar hoax. Benar-benar biadab. Orang ini tidak bisa dibiarkan! Pakai musibah untuk cari perhatian!

Kok cari angin di atas jenasah-jenasah yang bergelimpangan di bawah laut? Kenapa?

Ia mengatakan bahwa pernah menggunakan pesawat yang sama 2 minggu sebelumnya. Pesawat yang nahas terjatuh di lautan daerah Karawang itu tercatat dengan nomor registrasi PK-LQP. Dan penulis ada buktinya, bahwa selama 2 minggu lalu, tidak ada pesawat yang sama, pergi ke Pangkal Pinang! Penulis ada bukti penerbangan yang didapatkan. Jadi, Sandiaga harus diproses hukum, karena berbohong terus!

Awalnya penulis tergelitik melihat pemberitaan Kompas yang mengatakan bahwa ia menumpang juga pesawat yang sama saat pergi ke Pangkal Pinang.

*"Saya terpukul sekali karena dua minggu lalu pakai pesawat yang sama ke Pangkal Pinang. Dan peristiwa ini bisa terjadi bagi siapa saja," ujar Sandiaga, yang ditemui di Tangerang Selatan, Selasa (30/10/2018).*

Sumber bisa dilihat di sini: https://nasional.kompas.com/read/2018/10/30/18481581/sandiaga-saya-terpukul-2-minggu-lalu-pakai-pesawat-yang-sama-ke-pangkal

Tapi ada seorang netizen yang iseng mengulik kebenaran dari kalimat Sandiaga ini.

Apakah Sandiaga ini benar-benar berbicara demikian atau membual saja seperti saudara-saudaranya yang katanya kebanyakan mengalami gangguan jiwa?

Simak screenshot di bawah ini.



Awalnya penulis menyangsikan apa yang dikatakan oleh akun Twitter. Twitter itu bukan kebenaran. Twitter itu bisa salah. Apalagi orang yang mencuitnya itu bisa saja salah.

Tapi penulis tergelitik untuk membongkar dan mencari kebenaran tentang jadwal penerbangan PK LQP selama dua minggu yang lalu. Penulis membuka Flightaware.com dan mendapatkan sebuah hal yang mencengangkan! Ternyata Sandiaga bohong!

Pesawat PK-LQP itu tidak pernah ke Pangkal Pinang di dua minggu kemarin. Anggap saja kejadian itu tantara 14-20 Oktober. Yuk disimak gambar di bawah ini.




Bahkan setelah penulis mengecek selama 3 minggu kemarin tidak ada penerbangan ke Pangkal Pinang yang dilakukan oleh pesawat PK-LQP, penulis menemukan satu fakta lain yang menarik. Apa itu?

Bahwa penerbangan PK-LQP ke Pangkal Pinang hanya satu kali! Dan sekali itu saja gagal. Artinya, flight alias penerbangan itu tidak pernah ke Pangkal Pinang sebelum-sebelumnya. Setidaknya selama 3 minggu kemarin ini. Gila. Sandiaga kok tega ya menunggangi kepentingan dan kesedihan para korban?

Mau simpati, tapi tidak dengan hoax juga dong. Sandiaga ini benar-benar gila. Orang ini bisa dikatakan jahat. Orang ini culas. Agama apa dia? Kok bisa-bisanya dianggap ulama? Pantas PKS yang anggap orang ini sebagai santri, langsung dibubarkan Tuhan.

Baru satu kali pesawat ini terbang ke Pangkal Pinang!



Sumber langsung dari screenshot flightaware.com

Gila. Ini adalah kejahatan kemanusiaan. Mencoba menunggangi kesedihan, untuk mendompleng elektabilitas. Semoga saja Seword bisa mejadi suluh di tengah-tengah koalisi bajingan penipu itu. Jahat sekali.

Ada hal yang menarik. Sebenarnya Sandiaga itu bisa dikatakan sebagai orang culas. Bukan karena dia main kotor di perusahaan. Tapi dia mainkan hoax, untuk merusak Jokowi. Biadabnya, orang ini malah menggunakan kecelakaan, untuk terbang di atasnya. Penunggang kecelakaan.

Tuhan akan bayar setiap apa yang Sandiaga pernah katakan. Sandiaga ini penipu, percayalah. Tuhan akan membalas setiap perbuatan jahat yang direka-rekakan.

Penipuan demi penipuan membuat rakyat muak. Jahat. Biadab. tak beradab! Kalau tidak tahu, jangan bicara. Mungkin saja Sandiaga 2 minggu lalu ke Pangkal Pinang. Tapi jangan sampai berbicara. Kamu itu kan sekarang jadi figur publik. Shut the fu&k up man!

Sandiaga ini mau jadi sosok Hatta? Biadab! Tidak mungkin penipu bisa disejajarkan dengan tokoh proklamasi ini. Gila. Dahnil Anzar juga sangat dungu, menyama-nyamakan penipu dengan sosok Hatta.

Jujur saja, penulis merasa senang bisa membagikan hal ini kepada publik. Penulis harus mengumpat, jika itu diperlukan. Penulis harus memaki, jika itu diperlukan. Bahkan penulis menganggap ini adalah ibadah. Kenapa? Karena penulis membela kebenaran.

Berbeda dengan mereka yang turun ke jalan, karena berita yang palsu, bisa memenjarakan orang-orang baik itu. Berita editan membuat satu orang dipenjara. Berita yang dipotong membuat satu orang dipenjara.

Apakah pantas jika kita meminta agar polisi memenjarakan Sandiaga, karena hoax yang ia ucapkan terus menerus?

Begitulah tipu-tipu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar