Minggu, 02 Desember 2018

Kentalnya Muatan Politis dalam Reuni 212


Klaim panitia bahwa reuni 212 tak bermuatan politis adalah bohong. Hal tersebut ditunjukkan dari pernyataan yang disampaikan sejumlah pembicara dalam reuni 212, seperti Ketum FPI, Sobri Lubis yang menyinggung partai setan dan partai pembela Allah.
Tak hanya itu, kelakuan Ulama Palestina, Tafsir Hamdan yang memanfaatkan panggung dalam reuni 212 tampak memprovokasi massa 212 agar terlibat dalam pembebasan Palestina dan Al Aqsa. Sementara pemerintahan Jokowi-JK sudah dari jauh hari mendukung pembebasan Palestina.
Dalam aksi itu, sejumlah massa aksi sengaja membawa bendera tauhid dalam ukuran besar untuk membangun simpati seolah-olah umat Islam di Indonesia sedang tertekan. Sementara bendera Merah Putih tidak tampak jelas dalam reuni tersebut.
Kehadiran para elit parpol Pro Prabowo-Sandiaga seperti Amien Rais, Wakil Ketua Majelis Syuro PKS Hidayat Nur Wahid, Sekjen PKS Mustafa Kamal, Ketum PAN Zulkifli Hasan, Sekjen PAN Eddy Soeparno menambah kentalnya aroma politis dalam reuni 212 yang disebut membela agama..
Selain itu hadir pula tokoh-tokoh politik yakni Fadli Zon yang mewakili Gerindra, mantan Menpora Adhyaksa Dault, Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah, elite Partai Demokrat, Ferdinand Hutahaean dan yang paling menonjol adalah kehadiran Capres Prabowo Subianto.
Sementara di tengah aksi, Ustad Tengku Zulkarnain berorasi dengan melontarkan sindiran terhadap pemerintah.
Salah satunya sindiran terhadap jalan tol hingga mendiskreditkan kinerja Presiden Jokowi dengan mengangkat kembali isitilah genderuwo dan sontoloyo.
Sudah jelas, Reuni 212 ini membuktikan bahwa kegiatan tersebut sarat kepentingan politik. Janji panitia penyelenggara tidak berkampanye dan mengeluarkan orasi kritikan serta seruan mengganti Pemerintah begitu mudah dingkari dengan menjual nama Tuhan untuk membenarkan cara-cara mereka demi berkuasa.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar