Jumat, 04 Januari 2019

Prabowo Lakukan Kebohongan Publik Soal Operasi Pembebasan di Desa Geselema


JAKARTA – Tahun 1996 menjadi sejarah penting bagi warga desa Geselema Papua yang dahulu masih bernama Irian Jaya. Suasana mencekam tak bisa terelakan manakala pasukan Kopasus dibawah pimpinan Prabowo Subianto melakukan operasi pembebasan/penyerahan para sandera di Geselema.
Cerita yang rapih selama ini tertutup dan berbuah manis tidaklah demikian kejadiannya. Prabowo yang dibantu seorang anggota pasukan asing (Tentara Bayaran) samaran ICRC terlibat dalam pembantaian di Desa Nggeselema.

Keterlibatan pasukan asing itu juga diperkuat oleh kesaksian dari salah seorang sandera, Adinda Saraswaty, dalam bukunya, “SANDERA,130 HARI TERPERANGKAP DIMAPENDUMA”. Disebutkan dalam buku itu: Di atas ada seorang yang memakai baju hijau (baju tentara).
Operasi yang sempat menaikkan pamor Prabowo serta Kopasus itu rupanya melibatkan pasukan asing. Pasukan itu terdiri dari satuan SAS Inggris dan tentara bayaran dari Executive Outcomes yang bermarkas di Afrika Selatan.

Tak banyak yang tau tentang keterlibatan tentara bayaran itu, termasuk pers (wartawan). Disinilah asal muasal kebohongan publik yang dilakukan Prabowo tercipta untuk menutupi kejahatahannya.
Saat itu yang terdengar bahwa Prabowo bersama Kopasus berhasil melakukan pembebasan sandera. Namun, fakta di lapangan berkata lain.
Fakta:

OPM melalui perundingan (ICRC) Lembaga Gereja Kemah Inji Irian Jaya serta surat kesepakatan dewan revolusioner OPM Moses Weror di PNG untuk membebaskan sandera sesuai perjanjian tersebut. Sandera pun dilepaskan oleh pimpinan gerilyawan OPM Kelly Kwalik dan Daniel Yudas Kogoya di lapangan terbang Geselema pada 9 Mei 1996.

Pasca sandera dilepaskan dan dinaikan ke Helikopter terjadi penyerangan membabibuta oleh Kopasus yang dipimpin Prabowo Subianto. Rumah, hewan, masyarakat, Gereja, menjadi sasaran pembataian, akibatnya seluruh warga mengungsi ke hutan-hutan pada saat itu 9 warga sipil tewas dan puluhan luka luka.

Tembakan yang membabi-buta itu juga diarahkan ke Gereja serta poliklinik. Penduduk pun kocar-kacir menyelamatkan diri dan sebagian lagi tiarap. Serangan tersebut berlangsung sekitar 5 menit, setelah itu ke lima orang kulit putih itu masuk ke helikopter dan mengudara kembali.

Dalam peristiwa serangan mendadak itu, dua orang penduduk tewas tertembak. Mereka adalah, Nindi Wandikmbo dan Amisim. Sedangkan dua orang yang mengalami luka-luka, yaitu Titus Murib, pimpinan OPM dan Teberak Wandikmbo, yang kemudian mengalami cacat tubuh seumur hidup.
Sejumlah saksi mata di Mapenduma juga melihat keberadaan pasukan asing tersebut. Pada tanggal 9 Mei 1996, sore hari, mereka melihat sebuah helicopter ICRC mendarat di lapangan terbang Mapenduma. Kemudian seorang wanita kulit putih berseragam militer turun dan menuju sungai yang ada di dekat situ. Para saksi mata mengenalinya sebagai Sylvianne Bonadei.

Di hari yang sama 9 Mei 1996, setelah serangan mendadak dari helikopter ICRC yang digunakan oleh kelima orang kulit putih (Tentara bayaran asing) itu. Desa Nggeselema, Talem, Yuguru dan kampung kecil lainnya dibombardir dengan bom, granat dan roket dari udara oleh helikopter milik ABRI dan PT Airfast yang berpusat di Timika yang tiba-tiba menyusup masuk saat helikopter ICRC lepas landas, dan membombardir Gereja-Gereja serta rumah warga dimana tempat yang ditempati warga sebagai tempat pelindungan.

Jadi, jika Kopasus dibawah pimpinan Prabowo yang membebaskan sandera di Mapenduma adalah kebohongan belaka. Prabowo telah menghipnotis rakyat Indonesia untuk menutupi kejahatannya untuk menaikan citra dan pamor Prabowo bersama Kopasus.

Faktanya, telah terjadi pelanggaran HAM berat di wilayah tersebut terkait dengan krisis penyanderaan dan Operasi Militer yang dipimpin Prabowo dengan sederetan kasus yang berdampak pada warga sipil lokal, diantaranya pembunuhan, perkosaan, pemusnahan gereja dan rumah penduduk, kurangnya bahan pangan yang menyebabkan kematian, serta pengungsian besar-besaran.
Berdasarkan track recordnya, Prabowo tidak menujukkan kepedulian terhadap HAM. Apa yang dilakukan Prabowo di Nggeselema Papua adalah upaya merebut krisis sebagai sarana untuk meningkatkan reputasinya dalam negeri dan dengan masyarakat internasional melalui rencana pembebasan sandera dengan sebuah “pembayaran” berdalih negoisasi yang berujung penembakan warga sipil karena dianggap bersimpati kepada OPM.

Mapenduma, 26 Februari 2000. Empat tahun sudah berlalu (1996-2000) tapi dampak krisis penyanderaan yang terjadi Mapenduma 1996 masih dirasakan karena banyak cerita duka yang penuh dengan pelanggaran HAM yang ditebar setelah sandera dibebaskan OPM atas inisiatif OPM sendiri dilapangan terbang desa Geselema.

Seperti dilaporkan ada 123 tewas di hutan akibat diburuh pasukan Kopasus yang dipimpin Prabowo Subianto. Derita itu belum berakhir, dan masih membuat warga tertekan.
Hingga saat ini, kasus Prabowo belum dipertanggungjawabkan. Prabowo masih melenggang bebas mencalonkan Presiden 2019.

Masyarakat disana pun tetap menuntut keadilan dan kebenaran atas tragedi mengenaskan pembantaian brutal menghilangkan nyawa warga sipil dalam penyerahan sandera oleh OPM Mapenduma, Papua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar