Sabtu, 23 Februari 2019

Garap Emak-emak Ternyata Strategi Kampanye Prabowo-Sandiaga Tutupi Kelemahannya

Masalah kesetaraan gender terutama pemberdayaan dan penguatan peran kaum perempuan di dunia politik pada saat debat pilpres I tanggal 17 Januari 2019 lalu menyisakan keraguan atas komitmen paslon no urut 02 Prabowo-Sandiaga tentang isu pemberdayaan perempuan.
Komitmen tersebut tidak hanya pada gaya hidup capres Prabowo Subianto yang hingga kini tak mau didampingi oleh seorang istri setelah perceraiannya dengan Titiek Soeharto sejak tahun 1998 lalu pasca tumbangnya Presiden Soeharto yang juga merupakan mertua Prabowo.
Pada saat debat tersebut tentunya tak elok capres no urut 01 Jokowi menyerang masalah pribadi tersebut. Jokowi hanya menyoroti visi misi Gerindra tentang keadilan gender tidak sesuai dengan fakta di lapangan. Sebab, kata dia, posisi-posisi strategis dalam Partai Gerindra diisi oleh laki-laki.
“Akan memprioritaskan pemberdayaan perempuan. Tapi saya melihat dalam struktur pengurusan partai yang bapak pimpin, jabatan-jabatan strategis seperti ketua umum, ketua dewan pembina, ketua dewan penasihat, ketua dewan pakar, ketua harian, wakil ketua harian, sekjen, bendahara, semuanya laki-laki. Bagaimana menjawab inkonsistensi ini?” tanya Jokowi dalam debat pilpres di Jakarta, Kamis (17/1).
Sandiaga Uno yang saat itu diserahkan Prabowo untuk menjawab pertanyaan Jokowi tersebut justru mengelak dengan alasan tidak lagi menjadi pengurus Partai Gerindra sejak pencalonannya sebagai cawapres pendamping Prabowo, padahal selama ini diketahui Sandiaga menempati kedudukan sebagai salah seorang petinggi partai Gerindra sebagai anggota Dewan Pembina sejak tahun 2015 lalu.
Rekam jejak cawapres no urut 02 ini terhanya salah satu penyebab Sandiaga tidak mampu mengutarakan visi-misinya untuk membela kaum perempuan terutama emak-emak yang selama ini digarapnya sebagai basis pendukungnya.
Berbagai kasus pelecehan, memperalat perempuan dan menipu emak-emak ternyata pernah dilakukan olehnya sebelum maju pada pilkada DKI Jakarta lalu.
Saat manggung di Bali beberapa tahun silam, penyanyi dangdut Dewi Persik pernah dikabarkan mendapat perlakuan kurang mengenakkan dari pengusaha Sandiaga Uno. Kejadian tersebut bahkan diakui sendiri oleh Dewi Persik saat menjadi tamu acara Hitam Putih di Trans TV.
Pasalnya, pria yang kini menjadi calon wakil gubernur DKI Jakarta dari Anies Baswedan tersebut disebut-sebut pernah meminta Dewi Perssik menanggalkan pakaian.
Saat itu Dewi Persik tampil manggung untuk menghibur para pengusaha muda dalam acara Musyawarah Nasional HIPMI yang diselenggarakan pada tanggal 20 Juli 2008 dimana saat itu terpilih Erwin Aksa sebagai Ketua HIPMI.
Akibat pelecehan yang tidak senonoh oleh Sandiaga Uno saat itu, Dewi Persik merasa terhina, harga dirinya pun terkoyak yang membuatnya sempat trauma.
Rekam jejak lain adalah saat menjadi pembicara di Conference on Indonesian Foreign Policy (CIFP) 2017 di The Kasablanka, Jakarta Selatan, pada hari Sabtu tanggal 21 Oktober 2017.
Sambil meladeni permintaan foto dan salaman oleh barisan pendukungnya, diskrimasi perempuan oleh Sandiaga Uno terlihat saat bilang jika yang berparas cantik bisa langsung berfoto dengannya.
Tidak hanya melecehkan, Sandiaga uno pun terlibat dalam kasus penipuan terhadap kaum perempuan. Pelapor Fransiska Kumalawati Susilo, membenarkan pihaknya telah melaporkan Sandiaga dengan nomor laporan LP/3356/VI/2018/PMJ/Ditreskrimum, tertanggal 27 Juni 2018 lalu.
“Terlapor Sandiaga Uno. Terkait kasus saham dan aset dari PT Japirex,” ujar Fransiska, Rabu (25/7/2018) lalu.
Dikatakan, Fransiska melaporkan Sandiaga mewakili korban atas nama Edward Seky Soeryadjaya (ESS) dengan kerugian materil sekitar Rp 20 miliar.
“Pada saat itu Sandiaga masih berkantor bersama ESS, di Jalan Teluk Betung, dan ESS menitipkan secara lisan kepada Sandi agar membantu mengurusi PT Japirex,” ungkapnya.
Ia melanjutkan, kemudian Sandiaga mengalihkan 40 persen saham PT Japirex dari John Nainggolan kepada dirinya tanggal 17 Mei 2001.
“Akta notaris Henny Singgih S.H Nomor 32 tanggal 22 November 2001, dan melikuidasi tanggal 11 Februari 2009, penjualan dua sertifikat tanah tanggal 22 November 2012 kepada Ho Ing Hing yang merupakan aset PT (Japirex) dengan luas 6175 meter persegi, di mana pemilik awalnya adalah Djoni hidayat (DJH), dan uangnya tidak dikembalikan,” katanya.
Oleh karena rekam jejak yang senantiasa merendahkan kaum perempuan tentunya Sandiaga Uno harus memenangkan kembali kaum perempuan di Indonesia dengan cara tebar pesona dirinya tanpa visi dan misi yang jelas mengenai kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan.
Dalam rangka kampanyenya Sandiaga Uno tega memperalat seorang wanita untuk bersandiwara dengan menangis-nangis hanya sekedar berfoto dengan dirinya saat melakukan kampanye di Sumedang, Jawa Barat.
Aksi wanita itu tertangkap kamera dan kadung viral di media sosial. Warganet menduga aksi histeris tersebut merupakan skenario belaka, karena setelah ditelusuri mendalam justru wanita tersebut merupakan calon legislatif dari Partai Amanat Nasional (PAN) yang juga merupakan pegawai salah satu perusahaan Sandiaga di Saratoga.
“Mau pamer seolah dicintai rakyat padahal rekam jejak digital gak bisa dibohongi, begitulah pengikut kaum Rob Allyn,” tulis salah seorang netizen bernama Dimas Nataprawira di akun media sosialnya.
Sumber : https://bidikdata.com/garap-emak-emak-ternyata-strategi-kampanye-prabowo-sandiaga-tutupi-kelemahannya.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar