Senin, 04 Februari 2019

Indonesia dan Turki Benteng Terdepan Atasi Paham Radikal


Turki dan Indonesia memiliki kerja sama dan hubungan diplomatik yang baik hingga saat ini. Tak terkecuali dengan mahasiswa Indonesia yang saat ini berkuliah di Turki. Untuk menjawab rasa penasaran tentang hubungan Indonesia dan Turki.
Perhimpunan Pelajar Indonesia di Konya (PPI Konya) dan Perhimpunan Pelajar Indonesia di Turki (PPI Turki) pada tanggal akhir Januari lalu mengadakan simposium internasional membahas hubungan antara Indonesia dan Turki.
Simposium ini diadakan di Selcuk Universitesi, salah satu universitas unggulan di Turki yang terletak di Kota Konya. Pada sesi pembukaan para peserta dan tamu kehormatan simposium disuguhi oleh 3 penampilan tradisional yakni Tari Topeng dari perwakilan PPI Samsun lalu Tari Tarek Pukat dari Perhimpunan Pelajar Indonesia di Kayseri (PPI Kayseri) dan penampilan Angklung dari PPI Konya.
Dalam acara ini terdapat tiga pembicara, pembicara pertama adalah Kuasa Usaha Ad Interim Kedutaan Republik Indonesia untuk Turki R. Hikmat Moejawan yang membahas mengenai kerjasama antara Turki dan Indonesia. Dalam sesi tersebut Hikmat memaparkan, hubungan baik Indonesia dan Turki telah dimulai sejak 1950 dan telah memiliki forum bilateral antar kedua negara.
Pembicara kedua yakni Duta Besar Turki untuk Indonesia, H.E Prof. Dr. Mahmut Erol Kilic. Dalam perspektifnya Indonesia memiliki kecakapan dalam menjaga kebudayaan. Paham persatuan dalam keberagaman yang dianut oleh bangsa Indonesia selama ini merupakan kekuatan besar yang harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Kesamaan background religi antara Indonesia dan Turki menjadi kekuatan utama bagi kedua negara ini untuk bisa bekerja sama dengan lebih baik lagi.
“Turki dan Indonesia harus mampu menjadi benteng terdepan dalam mengatasi pemahaman-pemahaman radikal yang menyimpang, mengingat kedua negara ini merupakan negara dengan populasi mayoritas muslim terbesar di dunia,” katanya dalam siaran pers, Minggu (3/2).
Pembicara ketiga yakni, Prof. Murat Cemrek selaku Kepala Studi Hubungan Internasional Necmetin Erbakan Univeritesi memberikan pengetahuan tentang kebijakan luar negeri Turki yang telah berubah dan berevolusi selama 17 tahun terakhir. Dalam sesi nya, ia berbicara mengenai pendidikan di Turki yang menerima 8000 mahasiswa internasional dan menurutnya pendidikan di Turki harus beradaptasi terhadap perubahan dunia.
Dari ketiga narasumber, mereka sama-sama berpendapat untuk menjadi bangsa yang besar itu bukan hanya berkaitan dengan angka yang berkaitan ekonomi tapi yang paling penting adalah mindset dari semua warga negaranya. Terkhusus untuk pelajar Indonesia.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar