Minggu, 10 Maret 2019

Janji Kebebasan Pers Kelakuan Prabowo Kepada Wartawan Jauh Panggang Dari Api

Anak Kandung Orde Baru Prabowo Subianto diyakini masyarakat Indonesia tidak akan mampu melindungi dan menegakkan kebebasan pers di Indonesia. Walau capres no urut 02 ini dalam setiap orasinya terus menyuarakan akan menjamin kebebasan pers tetap berlangsung di Indonesia namun rekam jejaknya yang tidak pernah menyukai kebebasan pers tersebut adalah fakta.

Sejumlah aktivis 98 yang tergabung dalam Rumah Gerakan 98 bahkan secara khusus mengunjungi gedung Dewan Pers yang berlokasi di Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Selasa (11/12/2018). Mereka menyesalkan pernyataan calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto yang dinilai mengancam kebebasan pers.

Ketua Umum Rumah Gerakan 98, Bernard AM Haloho, menilai sikap Prabowo tersebut menunjukkan tidak memahami fungsi pers dan kebebasan pers hanya karena sejumlah media tidak meliput kegiatan reuni 212.

“Sikap Prabowo merupakan pemaksaan kehendak pribadi dan reaksi emosional. Serta bukan sikap yang patut untuk seorang pemimpin,” ujarnya di lokasi.

Bernard khawatir pernyataan Prabowo kepada media akan membahayakan kebebasan pers jika terpilih menjadi orang nomor satu di Tanah Air.

“Wartawan memiliki peran penting sejak awal republik ini berdiri, jadi sudah sewajarnya independen. Dan dibanding dua dekade silam, kebebasan pers Indonesia kini jauh lebih baik,” kata Bernard.

Tidak lama kemudian Prabowo kembali melontarkan pernyataan keras yang ditujukan kepada wartawan. Peristiwa ini bukan kali pertama terjadi, Prabowo sudah berulang kali menghina profesi wartawan.

Dalam satu rekaman video Prabowo menyindir bahwa ada oknum wartawan yang selalu berusaha mencari kesalahannya. Bahkan ia menyebut oknum tersebut khusus menunggu momen saat Prabowo salah bicara.

“Ada tim dari wartawan khusus nungguin saya salah bicara,” ucap Prabowo.

Seolah meluapkan rasa kesalnya, Prabowo berjoget seusai melontarkan pernyataan tersebut.

Pada tahun 2017 lalu juga menghina profesi wartawan daripada berbicara politik dalam kapasitasnya sebagai Ketua Umum Partai Gerindra.

Ditemui wartawan usai upacara peringatan hari kemerdekaan di Universitas Bung Karno, Prabowo memilih bicara tentang gaji wartawan yang kecil dan mengatakan bahwa ia berupaya untuk membela wartawan ketimbang menjawab urusan politik. Namun pernyataan bernada gurauan tersebut sangat menghina profesi wartawan.

“Kita juga bela wartawan. Gaji kalian juga kecil kan?” tanya Prabowo kepada wartawan pada Kamis 17 Agustus 2017. Lalu melanjutkan pernyataan khasnya yang body shaming. “Tahu (saya), kelihatan dari muka kalian, iya kan… muka kalian itu nggak bisa belanja di mal” ujar Prabowo saat itu.

Lebih jauh ke belakang lagi pada tahun 2013 lalu, meminta maaf atas ucapannya yang dianggap menghina profesi wartawan. Hal itu menyusul pernyataannya saat memberikan sambutan di hadapan warga dalam acara silaturahim Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) di Jakarta, Jumat (25/10/2013).

“Saya kira itu disalahartikan, dibesar-besarkan. Tetapi, saya meminta maaf kepada awak media jika hal itu telah menyinggung perasaan,” kata Prabowo seusai kegiatan Deklarasi Komitmen Partai Gerindra untuk pembangunan desa di kantor DPP Gerindra, Jakarta, Sabtu (26/10/2013).

Prabowo saat itu mengaku tidak mempermasalahkan jika dirinya tidak masuk dalam survei calon presiden yang digelar sejumlah lembaga menjelang Pemilu 2014. Prabowo juga meminta warga untuk tidak memercayai sejumlah media karena menurut dia para wartawan ada yang disogok.

“Jangan percaya kadang-kadang apa yang disampaikan oleh media-media. Media-media itu manusia juga. Kalau hakim agung, kalau hakim MK bisa disogok, apalagi wartawan, sama saja. Ada yang bikin survei, saya enggak dimasukkan. Ya enggak apa-apa,” kata Prabowo.

Hingga saat ini kalangan jurnalis terus meresahkan berbagai pernyataan Prabowo yang tidak berpihak kepada kebebasan profesi mereka, apalagi diikuti sikap persekusi dan otoriter para pendukungnya yang tidak segan-segan akan menyerang seorang wartawan maupun medianya bila berseberangan dengan propaganda yang mereka jalankan.

Prabowo harus diingatkan bahwa pers adalah pilar demokrasi keempat setelah eksekutif, legislatif dan yudikatif dalam kehidupan bernegara. Dan membangun narasi permusuhan kepada jurnalis adalah kebodohan nyata mengingat dia sedang menggalang dukungan untuk pencalonannya dalam Pilpres 2019.

Dewan Pers Indonesia sendiri sudah menyatakan sikap terhadap pernyataan Prabowo. Ketua Dewan Pers Yosep Stanley Adi Prasetyo meminta Prabowo tidak menghina jurnalis. Dia menegaskan jurnalis adalah pilar keempat demokrasi dan memiliki tanggung jawab melakukan konfirmasi ke narasumber saat melakukan reportase. Karena itu menurut Yosep Stanley, jika Prabowo merasa keberatan dengan pemberitaan media maka bisa melapor ke dewan pers.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar