Jumat, 15 November 2019

Eks Teroris Mengaku Perekrutan Anggota Via WhatsApp dan Telegram Lebih Efektif


Mantan teroris mengaku bahwa perekrutan paham radikalisme paling efektif dilakukan melalui media sosial WhatsApp dan Telegram.
Hal itu diungkapkan dalam acara Mata Najwa bertajuk Bom Bunuh Diri: Kenapa Lagi? pada Rabu (13/11/2019).
Eksantan teroris tersebut mengaku media sosial memudahkannya untuk merekrut orang baru bergabung dalam paham radikalisme.
Ia mengatakan, cukup menyebar konten dakwah radikalisme dalam bentuk video atau audio. Cara tersebut lebih cepat dan mudah dibandingkan bertemu langsung.
“Sekarang sudah maju, walaupun tidak bertemu muka bisa lewat Telegram atau WhatsApp. Itu lebih efektif dibanding dahulu,” katanya, Kamis (14/11/2019).
“Mereka tinggal kasih materi kirim dakwah lewat video lebih efektif,” sambungnya.
Aksi teror bom kembali terjadi di Indonesia. Ledakan bom bunuh diri terjadi di Polrestabes Medan, Sumatera Utara pada Rabu pagi pukul 8.35 WIB.
Sang pelaku adalah Rabbial Muslim Nasution (24) seorang berstatus mahasiswa yang juga menjadi YoTuber dan aktif bermain media sosial. Rabbial menyamar menjadi driver ojek online yang hendak mengurus Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) untuk mengelabui polisi.
Masifnya penyebaran radikalisme melalui media sosial, harus menjadi perhatian kembali agar masyarakat tidak mudah terpengaruh konten radikalisme di media sosial. Sebab yang disebar oleh para kaum radikalis bertujuan untuk menyesatkan dan membuat masyarakat menyimpang dari ajaran agama yang sebenarnya.
Teroris dengan berbagai cara menyebarkan narasi, video maupun audio bermuatan radikal. Ini harus menjadi perhatian bersama agar kita saling mengingatkan di sekitar lingkungannya bahwa konten radikal tidak patut untuk dipercaya apalagi terdoktrin dan menjadi keyakinan.
Kasus bom bunuh diri di Polrestabes Medan menjadi pelajaran penting. Karena itu, oknum teroris harus diperangi bersama oleh Pemerintah dan masyarakat.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar