Minggu, 17 Mei 2020

Meningkatkan Optimisme Ekonomi Ditengah Pandemi Corona


Meski berbagai proyeksi yang dilakukan lembaga keuangan internasional menempatkan banyak negara jatuh dalam pertumbuhan ekonomi di bawah 0%, Indonesia kebanyakan ditempatkan sebagai negara yang pertumbuhan ekonominya masih akan bertahan dan bakal melesat tinggi pada 2021. Hal itu diperkuat dengan adanya aliran modal dari dalam dan luar negeri akan kembali masuk ke Indonesia jauh lebih besar daripada aliran modal keluar apabila wabah virus korona baru atau covid-19 sudah mereda. Bank Indonesia ( BI) mencatat terjadi aliran modal asing masuk (capital inflows) sebesar Rp 1,57 triliun sepanjang 13-20 April 2020. Kondisi tersebut dapat diprediksikan kedepannya bahwa investasi portofolio di Indonesia akan meningkat didorong oleh penanganan Covid-19 dan stimulus baik moneter dan fiskal di dunia maupun di Indonesia, dengan mendasari keyakinan bahwa rupiah akan menguat Rp 15.000 di akhir tahun. Uraian diatas , menjadi salah satu gambaran bagaimana kita membuat suatu prediksi dalam upaya meningkatkan Optimisme Ekonomi Indonesia ditengah Pandemi Corona.
Disisi lain, optimisme sangat penting untuk dapat bersama melewati pandemi ini. Solidaritas sosial seperti peduli sesama bangsa, saling membantu tetangga yang kesulitan, merupakan kekayaan bangsa, tinggal bagaimana melakukan hal tersebut dalam skala nasional. Pada awal pandemi, Indonesia sebenarnya mengalami keuntungan atau surplus dari nilai ekspor. Namun pada Maret 2020 terjadi anomali, sebelumnya surplus yang kita alami, impor turun di banding ekspor, terjadi perlambatan mobilitas ekonomi kita akibat merebaknya covid 19 di Indonesia.
Tekanan akibat Pandemi Covid-19 bukan hanya terjadi di Indonesia namun di seluruh dunia. Untuk bulan April 2020 situasi lebih baik, karena adanya kebijakan dari pemerintah yang bisa meredakan gejolak pandemi yang sangat menganggu perekonomian. Pertumbuhan ekonomi kuartal pertama di tahun 2020 meleset jauh, yaitu sekitar 2,97 persen dari harapan 4 persen. Namun hal ini masih lebih baik dibanding negara-negara beberapa negara Asean, dan beberapa negara di Amerika dan Eropa. Ekonomi pada kuartal kedua lebih besar tekanannya, yang berdampak pada sektor pariwisata dan transportasi. Permasalahan kedepan adalah stok kebutuhan logistik, walaupun saat ini cukup aman. Pemerintah telah memberi edukasi kecukupan bahan pokok serta mengeluarkan stimulus, insentif pajak, dll.
Perppu nomor 1 tahun 2020 mengatur penganganan pandemi Covid-19 secara ekstra ordinary dan out of the box. Diperlukan kepastian dari Bank Indonesia agar Perpu nomor 1 tahun 2020 dapat memberi kepastian secara lebih tegas. Walaupun paket stimulus sudah besar, namun dibanding negara lain masih kecil. Idealnya paket stimulus berkisar antara Rp 700 sampai Rp 1.000 trilyun, karena sangat banyak masyarakat yang terdampak dari pandemi ini. Idealnya dalam 3 bulan ke depan pemerintah bisa menampung, setidaknya mensubsidi industri. Karena ketika mereka menghentikan kegiatan maka akan sulit untuk bangkit. Harus ada subsidi untuk mereka. Covid bisa menimbulkan angka pengangguran sampai 20 juta orang. Dampak Covid-19 sangat terdampak bagi orang-orang berpenghasilan rendah, sementara bagi orang kaya walaupun terdampak tetapi mereka masih ada tabungan.
Namun demikian, karena kemampuan pemerintah terbatas, diperlukan solidaritas sosial, gotong royong dalam keadaaan masa Pandemi ini. Seperti keadaan pada masa tsunami di Aceh sehingga bisa recovery dengan cepat. Budaya gotong royong masyarakat Indonesia harus di bangkitkan lagi. Pemerintah sudah tepat menerbitkan aturan PSBB. Walaupun berat namun tugas pemerintah untuk bisa menjaga warganya untuk tetap sehat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar