Minggu, 10 Maret 2019

Keislaman Jokowi Diragukan, Guru Ngaji Jokowi Buka Suara

Foto: Jokowi (Samsudhuha Wildansyah/detikcom)

Jakarta - Isu terkait calon presiden petahana Joko Widodo (Jokowi) yang dianggap anti-Islam dibantah keras oleh KH Abdul Karim Ahmad, yang merupakan guru mengaji Jokowi. Ia menyebut bahwa keislaman Jokowi tak perlu diragukan.

"Saya tetangga, satu warga, satu kota, satu kampung, seperjuangan. Kenal beliau sebelum jadi walikota (Solo). Islamnya beliau (Jokowi) jelas. Bapak ibunya jelas Islamnya, adik-adiknya Islam semua. Mertuanya juga Islam, besannya juga Islam," ujar Ustad Karim dalam acara diskusi berjudul 'Islam Kaffah Ala Jokowi' yang diselenggarakan di Cikini, Jakarta Pusat, pada Minggu (10/3/2019).

"Islamnya beliau, Islamnya keluarga besar beliau, ini sudah Islam. Islamnya itu Islam kaffah, dalam arti syahadatnya beres, solatnya beres, puasa, zakat, haji, dan disempurnakan dengan akhlak-akhlak beliau yang luar biasa," ujarnya menambahkan.

Ustad Karim menyebut, orang-orang yang mempertanyakan keislaman Jokowi justru tidak bisa mempertahankan omongan mereka saat dimintai pembuktian.

"Saya mengatakan pada mereka (yang mempertanyakan keislaman Jokowi), 'tolong buktikan di depan saya tentang ucapanmu itu.' Ternyata orang-orang yang mengatakan itu di depan saya, disuruh membuktikan, nggak bisa. Saya bantah semuanya. Ini kemungkinan, mereka itu mungkin di kampungnya masing-masing juga dibegitukan. Dikatakan ke mereka 'Pilihanmu PKI, pilihanmu adalah anti-Islam' dan mereka nggak bisa jawab," ujarnya.

Ustad Karim juga menyebut, keislaman Jokowi amat jelas terlihat saat debat capres kedua yang berlangsung pada 17 Februari lalu.

"Beliau menutup debat itu dengan kata-kata begini, 'Saya ingin memajukan Indonesia dan tidak alan takut kepada siapapun kecuali kepada Allah'. Ini luar biasa. Ini Islamnya itu sungguh luar biasa, tidak dimiliki oleh (kubu) sebelah," ujarnya.

Hal senada juga diungkapkan oleh Mukti Ali Qusyairi, yang merupakan penulis buku 'Ulama bertutur Tentang Jokowi'. Dalam acara yang sama, Mukti menuturkan bahwa alasan ia menulis buku tersebut berawal dari keresahannya akan isu-isu yang menimpa Jokowi, khususnya menjelang pemilu 2014 lalu.

"Sebagaimana kita ketahui, isu tentang hoax dan fitnah mengenai Pak Jokowi itu gencar sekali, entah kenapa munculnya tahun 2014. Sebelum itu nggak ada. Padahal ketika sewaktu kontestasi Wali Kota Solo nggak ada, bahkan sewaktu Gubernur DKI pun nggak ada. Tapi ketika tahun 2014 itu baru muncul. Dan masa-masa pilpres ini ternyata muncul lg," ujar Mukti.

"Jadi kenapa saya menulis (buku) ini, karena saya merasa resah, merasa janggal, kok kenapa banyak sekali isu-isu. Alhamdulillah, terklarifikasi semua di buku saya ini, ternyata itu adalah fitnah," ujarnya menambahkan.

Menurut Mukti, keislaman Jokowi terlihat dari program-program yang dianggap pro-Islam, yang sudah direalisasikan selama Jokowi menjadi presiden. Program itu antara lain adanya Hari Santri Nasional, bekerja sama dengan sejumlah pesantren untuk memberikan bantuan pinjaman tanpa bunga kepada masyarakat menengah ke bawah, hingga menggencarkan pembangunan rusunawa untuk santri dan ustad di pesantren-pesantren.

"Jadi beliau memberikan sumbangan bangunan kepada pesantren-pesantren. Bukan hanya pondok pesantren NU, tapi juga muhammadiyah, pesantren-pesantren modern yg terafiliasi dengan Gontor juga, dll. Seluruh pesantren, tanpa padang bulu. Pak Jokowi memberi bantuan kepada seluruh pesantren yang berafiliasi dengan berbagai macam ormas," ucap Mukti.

Selain itu, kebijakan Jokowi untuk membubarkan ormas-ormas yang dianggap radikal, seperti Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), disebut Mukti mendapatkan persetujuan dari para ulama.

"Saya bertanya pada semua narasumber, para ulama, para kiai, tentang kebijakan Pak Jokowi membubarkan ormas radikal, dalam hal ini adalah HTI. Mereka para ulama mendukung kebijakan Pak Jokowi membubarkan ormas radikal. Sebab Indonesia itu didirikan bersama-sama, bukan hanya umat Islam, tapi juga umat lain, bersama-sama berjuang mendirikan negara Indonesia," ujarnya.

Ustaz Karim pun mengajak masyarakat untuk menghentikan segala isu-isu negatif terkait Jokowi.

"Dihentikanlah isu-isu yang semacam itu, sangat beratlah hisabnya besok di akhirat, berat sekali mengatakan orang bukan Islam. Dosa besar lho, dosa besar," pungkasnya. (rna/rna)
Sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar