Kamis, 18 April 2019

Jokowi Menang Atas Prabowo Versi Hitung Cepat, Semoga Indonesia Jadi Lebih Baik


JAKARTA – Hasil quick count atau hitung cepat sementara pemilihan presiden (Pilpres) 2019 sudah keluar. Berdasarkan lima lembaga survei pasangan Jokowi-Maruf terlihat unggul sementara dari Prabowo-Sandi.
Untuk hasil quick count sementara Lingkar Survei Indonesia Jokowi-Maruf unggul 54,93 persen, sementara Prabowo-Sandi hanya 45,07 persen. Di quick count sementara Indo Barometer Jokowi juga masih unggul dengan 54,39 persen dan Prabowo-Sandi 45,61 persen.
Jokowi juga masih unggul sementara di quick count Kedai Kopi dengan 52,84 persen, sedangkan Prabowo 44,90 persen. Begitu juga hasil sementara Litbang Kompas Jokowi-Maruf masih unggul 55,58 persen dan Prabowo-Sandi 44,42 persen. Sementara quick count versi Charta Politik, Jokowi-Maruf unggul dengan 54,84 persen dan Prabowo-Sandi baru mendapat 45,17 persen.
Lembaga survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) juga sementara ini masih memenangkan Jokowi-Maruf dengan 55,26 persen sedangkan Prabowo Sandi baru mendapat 44,74 persen. Hasil sementara tersebut diambil dengan total suara masuk antara 47 persen hingga 55 persen.
Sejak pemilihan presiden di Indonesia dilakukan secara langsung pada 2004, quick count mulai dipercaya sebagai parameter hasil resmi Pemilu. Kemenangan SBY-JK saat itu sudah bisa diprediksi beberapa pekan sebelum pencoblosan melalui hasil quick count berbagai lembaga survei. Bahkan sejak saat itu, lembaga-lembaga survei politik mulai menjamur dan kemudian beralih rupa jadi konsultan politik. Quick count atau hitung cepat, yang disebut juga parallel vote tabulation (PVT), sebenarnya diciptakan untuk memprediksi hasil Pemilu.
Para peneliti tidak mengambil data dari seluruh tempat pemungutan suara (TPS), tapi dari sejumlah TPS sampel yang tervalidasi secara statistik dan dianggap mewakili populasi pemilih. Jumlah kesalahan dalam pencuplikan sampel kemudian disebut margin of error.
Hasil quick count yang didapat lembaga survei boleh jadi berbeda. Tetapi perbedaan itu semestinya hanya sebatas margin of error apabila para peneliti menerapkan tata cara pencuplikan sampel sesuai kaidah statistik. Pada Pilpres 2014, misalnya, tujuh lembaga survei—Populi Center, CSIS, Litbang Kompas, Indikator Politik Indonesia, Lingkaran Survei Indonesia, Radio Republik Indonesia, dan Saiful Mujani Research Center—menyatakan Jokowi-JK unggul 4-5 persen suara dari Prabowo-Hatta.
Sebaliknya, Puskaptis dan Jaringan Suara Indonesia (JSI) menyatakan Prabowo-Hatta unggul 1-5 persen dari Jokowi-JK. Perbedaan itu memantik pertikaian. Perhimpunan Survei Opini Publik Indonesia (Persepi), wadah organisasi perhimpunan bagi lembaga survei, mendepak Puskaptis dan JSI dari Persepi. Prabowo pun menyebut Pilpres 2014 tidak demokratis dan cacat hukum beberapa jam sebelum KPU mengumumkan hasil penghitungan suara. Tapi pengumuman resmi KPU seperti mengonfirmasi hasil tujuh lembaga survei: Jokowi-JK mendapatkan 53,15 persen suara, unggul dari Prabowo-Hatta yang mendapatkan 46,85 persen suara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar