Senin, 08 April 2019

Peran Ormas dan Tokoh Masyarakat Tangkal Radikalisme

Peran Ormas dan Tokoh Masyarakat Tangkal Radikalisme
Pasca keruntuhan Islamic State of Iraq and Suriah (ISIS) seperti yang diumumkan pasukan Demokratik Suriah (SDF) beberapa waktu lalu, menjadi tantangan terbesar bagsa ini untuk mencegah tersebarnya ideologi kekerasan seperti ISIS.
Tidak dipungkiri, unsur-unsur ideologi yang melekat pada kombatan ISIS yang ada di Tanah Air tidak mudah luntur. Untuk itu ormas-ormas (organisasi massa) Islam seperti Nahdatul Ulama (NU), Muhammadiyah dan ormas lainnya di Tanah Air berperan strategis ikut mewaspadai dan menangkal berkembangnya ideologi radikal dari kelompok ISIS di bumi pertiwi.
Peneliti Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) Associate, Adnan Anwar menyebut, ormas juga harus terlibat secara aktif dengan memasukan pencegahan paham radikal dalam program prioritas organisasi. Program tersebut, kata Adnan, dilaksanakan secara intensif, baik di dalam forum-forum organisasinya maupun aksi-aksi lain untuk membantu pemerintah.
“Peran ormas ini tidak dimiliki negara lain. Di negara lain peran ormas sangat kurang terlihat. Sementara di Indonesia, ormas itu sangat strategis karena lahir bersama masyarakat,” ujarnya di Jakarta, Kamis (44/2019).
Adnan menilai, salah satu kelebihan ormas ini adalah punya basis konstituen yang nyata dan jelas. Ormas-ormas ini harus terlibat secara aktif, baik di level hulu dalam artian ikut terlibat dalam merumuskan kebijakan termasuk untuk membendung di level undang-undang maupun peraturan.
Tidak hanya ormas, Adnan melihat tokoh agama atau mubalig berwawasan Islam moderat juga berperan penting dalam membendung idologi kekerasan tersebut di masyarakat.
Sebab, tokoh agama atau mubalig sering terjun ke masyarakat. Mereka sering mensosialisasikan mengenai bahaya dari penyebaran paham ISIS.
“Kekuatan arusnya dari atas maupun bawah itu bersama-sama untuk menjadikan bahwa ISIS ini sebagai ideologi yang sangat membahayakan. Ormas bersama tokoh agama/mubalig sama-sama melindungi masyarakatnya,” kata dia.
Dia melanjutkan, jika peran ormas dan para tokoh agama disinergikan maka akan menjadi kekuatan berlapis dan akan sulit untuk ditembus.
“Baik ormas maupun masyarakatnya sama-sama membentengi diri dengan berbagai macam kegiatan yang sifatnya prefentif maupun kegiatan yang sifatnya ikut aksi dalam pencegahan itu. Jadi ikut beraksi dalam pemberantasan model ideologi radikal seperti ISIS itu,” kata Adnan.
Oleh karena itu, perlu upaya pencegahan dengan melakukan sosialiasi bahwa ideologi kekerasan seperti yang dilakukan ISIS sangat berbahaya. Sosialisasi menurut dia bisa dilakukan hingga ke tingkat keluarga.
Menurutnya, di beberapa negara Timur Tengah ada semacam sosialisasi yang materinya kemudian digunakan untuk semacam pendidikan keluarga.
“Modelnya seperti pendidikan keluarga seperti zaman dulu seperti P4, bentuknya seperti itu, konvensional diintervensi melalui pertemuan warga, RT/RW, pertemuan kerukunan dan sebagainya tetapi materinya tentang bahayanya ISIS,” jelas dia.
Menurut Adnan, lembaga pendidikan juga harus membentengi para pelajarnya agar tidak mudah termakan bujuk rayu propaganda ISIS. Biasanya terkait materi dan konten, pelajar sangat bergantung gurunya.
Oleh karena itu, kata dia, pemerintah harus memiliki perhatian khusus terhadap guru. Harus diakui guru adalah media paling efektif untuk memengaruhi cara berpikir pelajar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar