Kamis, 18 Juli 2019

Peluru Maut Kerusuhan 21-22 Mei Ternyata Bukan Milik Brimob


Polri terus mengungkap kebenaran peluru yang bersarang pada tubuh korban kerusuhan 21-22 Mei pasca penetapan hasil rekapitulasi Pilpres 2019 yang diumumkan oleh Komisi Pemilihan Umum.
Sebelumnya Polri memastikan 4 dari 5 orang korban kerusuhan 22 Mei tewas akibat peluru tajam. Pernyataan ini dipastikan setelah tim forensik RS Polri melakukan autopsi terhadap keempat jasad korban.
“Sembilan korban meninggal dunia yang diduga sebagai perusuh, kita sudah mendapatkan beberapa keterangan dari hasil olah TKP beserta saksi-saksi yang ada. 5 orang yang sudah ditemukan TKP penemuannya, tadinya kami belum tahu, sekarang kami tahu di mana asalnya korban ditemukan,” ungkap Kabag Penum Divisi Humas Polri Kombes Asep Adi Saputra di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin (17/6).
Jatuhnya korban sipil pada saat kerusuhan 21-22 Mei dengan dugaan akibat peluru tajam adalah fakta di lapangan. Tetapi, persoalannya peluru tersebut bukan standar milik Polri. Pernyataan ini pernah diungkapkan oleh Menteri Hukum dan HAM Yasoona Laoly.
“Saya enggak perlu tapi kita dengar, saya tadi iseng-iseng bicara dengan ketua Komnas di sini. Peluru tajam polisi juga mengakui peluru tajam, tapi peluru tajamnya bukan standar Polri. Itu persoalannya,” kata Yasonna di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (13/6/2019).
Teka-teki inipun mulai terungkap. Fakta sebelumnya korban kerusuhan tewas dugaannya akibat peluru tajam Brimob. Hal itu berlawanan sekali dengan pernyataan yang beredar di luar bahwa dalam tindakan pengamanan aksi saat itu TNI dan Polri tidak diperbolehkan membawa senjata tajam. Meski pun demikian penyelidikan asal peluru saat peristiwa kerusuhan yang menelan korban sepenuhnya diserahkan kepada Kepolisian.
Inilah penemuan Polri setelah melakukan uji balistik terhadap proyektil peluru yang bersarang di tubuh 2 korban kerusuhan tersebut. Temuan Polri bahwa dari 2 proyektil tersebut tidak sesuai dengan senjata yang digunakan Brimob.
“Sudah dilakukan, sudah dilakukan. Dan itu sementara hasilnya adalah non-identik dari dua proyektil yang ditemukan, dari tubuh korban yang meninggal dunia,” ujar Kabag Penum Divisi Humas Polri, Kombes Asep Adi Saputra kepada wartawan, di Gedung Ombudsman, Jalan HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan (16/7/2019).
Asep menjelaskan, bahwa tujuan uji balistik adalah mengkomparasikan proyektil peluru dengan senjata Brimob. Hasil temuannya, proyektil tidak identik dengan senjata organik anggota Brimob.
Sebelumnya Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo mengatakan dari hasil laboratorium forensik menyebutkan bahwa 3 proyektil yang didapat di tubuh dugaan adalah sebagai pelaku perusuh, itu kaliber 556, dan kaliber 9 milimeter. Namun demikian yang kaliber 9 milimiter itu tingkat kerusakan proyektilnya cukup parah karena pecah sehingga untuk menguji alur senjata itu ada sedikit kendala.
Kini fakta itu semakin jelas bahwa peluru maut saat kerusuhan Mei sama sekali bukan milik Brimob, pernyataan yang memang memiliki kekuatan lewat uji balistik.
Hal ini sekaligus memperkuat penelusuran berdasarkan pemantauan. Faktanya peristiwa kerusuhan tersebut adalah pengondisian yang sudah direncanakan sudah sejak beberapa bulan sebelumnya terjadinya peristiwa itu. Pengakuan itu didapat dari mereka yang ikut berdemo karena adanya ajakan untuk berjuang yang disebarkan melalui media sosial. Perjuangan yang menurut mereka atas nama “keadialan”.
Penggorengan isu tertembaknya beberapa orang dalam kerusuhan tersebut adalah jelas sebuah upaya untuk menjatuhkan aparat yang saat itu justru diperintahkan untuk tidak memakai senjata. Adanya uji balistik tersebut menunjukkan bahwa kerusuhan tersebut sengaja diciptakan untuk mendiskreditkan pemerintah dan aparat.
Kini semua semakin terang dan jelas. Seperti juga jelasnya kepastian mayoritas suara rakyat Indonesia di pilpres 2019 untuk presiden terpilih Joko Widodo dan KH. Ma’ruf Amin periode 2019-2024. Diperkuat dengan Indonesia baru-baru ini telah melihat pertemuan Jokowi dan Prabowo yang menjadi simbol keduanya sepakat untuk mengakhiri panasnya pilpres.
Peluru maut telah terungkap, maka saatnya mencari aktor intelektual dibalik kericuhan ini. Jalan menuju terungkapnya dalang kerusuhan semakin terbuka, mari kita awasi bersama-sama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar