Rabu, 03 Juli 2019

Pernyataan Prabowo Soal Anti-Terorisme Dimentahkan


BACAFAKTA – Visi Anti-Terorisme Ala Prabowo-Sandi terbukti keliru, salah kaprah. Dalam debat perdana capres pada pertengahan bulan Januari lalu, Prabowo menyebut bahwa pelaku terorisme berasal dari negara lain, atau orang asing atau bekerja untuk asing. Dirinya mengaku ini berdasarkan pengalaman pribadi.

Menurut Prabowo, banyak terorisme yang merupakan penyusupan dari luar. Kemudian penyebab orang jadi teroris adalah karena mereka melihat perlakuan yang tidak baik dan merasa tersakiti. Dengan kata lain karena ketidakadilan.

Sementara Sandi menyebut orang menjadi teroris karena tidak punya masa depan cerah, alias faktor ekonomi.

Pernyataan ini dapat dimentahkan dengan pelaku teror bom di Surabaya pada tahun 2018, dimana para teroris tersebut adalah orang asli Indonesia yang kehidupan ekonominya berkecukupan, tidak miskin.

Detasemen Khusus (Densus) 88 telah menangkap 5 terduga teroris Jemaah Islamiyah, yaitu PW, MY, BS, A dan BT, yang berafiliasi dengan kelompok teroris Al Qaeda.

Perlu menjadi catatan bahwa mereka semua adalah orang Indonesia asli yang memiliki perkebunan sawit sebagai sumber dana. Pembangunan teroris harus didukung ekonomi yang kuat untuk membiayai kebutuhan operasional organisasi, seperti pemberian gaji kepada petinggi JI dan memberangkatkan rekrutan JI untuk mengikuti latihan milihan militer di Suriah.

“Yang ditangkap ini (PW) adalah pimpinan daripada JI setelah dia melakukan metamorfosa dari tahun 2007 sampai dengan sekarang. Atau boleh dikatakan sebagai Amir dari JI,” kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo di Gedung Humas Mabes Polri, Jakarta Selatan, Senin (1/7).

Kemudian, polisi juga menangkap istri PW yang berinisial MY dan seorang terduga lainnya BS, di lokasi dan waktu yang sama. MY disebut aktif dalam organisasi tersebut. Sementara BS merupakan penghubung antara PW dan para rekrutan kelompok JI. Lalu, pada Minggu (30/6/2019) polisi menangkap A di kawasan Bekasi, Jawa Barat. Ia merupakan salah satu orang kepercayaan PW yang menggerakkan organisasi JI di Indonesia. Terakhir, Densus 88 meringkus BT yang merupakan orang kepercayaan PW, sekaligus menggerakkan jaringan JI di Jawa Timur.

“Tersangka yang kelima adalah tersangka atas nama BT alias Haedar alias Deni dan alias Gani. Yang bersangkutan ditangkap pada hari Minggu, 30 Juni pada pukul 14.15 WIB di Ponorogo,” tutur Dedi.

Kelompok ini belum memiliki rencana untuk melancarkan aksi dan sedang mengembangkan kekuatan. Tujuannya, membangun khilafah.

“Ini sedang dikembangkan, tahapan pembangunan kekuatan ini tentunya harus didukung oleh kemampuan ekonomi. Mereka sedang mengembangkan basic ekonomi mereka itu dengan beberapa usaha yang mereka bangun yaitu usaha kebun,” kata Dedi di Gedung Humas Mabes Polri, Jakarta Selatan, Senin (1/7/2019).

Selain untuk membiayai kebutuhan operasional organisasi, dana tersebut dialokasikan sebagai gaji kepada petingginya.

“Masih didalami bahwa pejabat-pejabat di dalam struktur organisasi JI. Ini juga digaji, gaji besarannya Rp 10 juta-Rp 15 juta (per bulan),” kata Dedi. (rene/mcf)
Sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar