Sabtu, 17 Agustus 2019

Radikalisme di Kalangan Artis dan Atlet

Hanya gegara tergiur masuk surga secara instan, puluhan artis dan atlet di Indonesia masuk ke kelompok radikalisme.
Setidaknya ada 15 artis dan 15 atlet yang kini bergabung dengan kelompok radikal.
“Ini kan bercerita tentang endingnya adalah surga. Masuk surga dengan cara yang instan bagaimana kita ditawarkan hal-hal yang simpel,” ungkap Mantan Panglima Negara Islam Indonesia (NII) Ken Setiawan saat ditemui di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Jumat (16/8).
Dia mencontohkan cara instan yang dimaksud. Seperti di NII Komandemen Wilayah 9, seseorang tidak diwajibkan untuk salat ritual dengan alasan Indonesia belum menjadi negara Islam.
“Jadi salat mereka cari duit, cari orang untuk program negara. Dzikirnya pun mengingat negara bukan mengingat Allah,” katanya.
Ken menilai pemahaman agama dikalangan artis cukup lemah. Meski tak terlalu aktif secara keorganisasian kata Ken mereka cukup aktif dalam pendanaan.
Ken yang kini mendirikan NII Crisis Center baru-baru ini juga tengah menangani 15 atlet pra PON 2020 berbagai cabang olah raga yang terpapar kelompok radikalisme. Meski tinggal di asrama, setiap hari hormat merah putih, dan menyanyikan lagu Indonesia Raya namun ternyata para atlet ini positif masuk kelompok radikal dan anti Pancasila.
“Kemarin saya menangani 15 atlet berprestasi persiapan PON 2020. Positif masuk kelompok radikal anti-Pancasila juga,” katanya.
“Orang tua atlet lapor ke kita. Asramanya juga konfirmasi,” imbuhnya.
Dia menjelaskan sejauh penanganannya ke-15 atlet tersebut kooperatif. Namun dirinya belum menyakini 100 persen mereka kembali percaya Pancasila. Menurutnya masih butuh dialog-dialog untuk menyegarkan pikiran mereka.
Setidak kita menyadari bahwa radikalisme sudah menjalar ke semua lini dengan cepat, untuk itu masyarakat harus senantiasa kritis terhadap janji-janji surga dan kesesatan ajaran agama agar tidak terpengaruh ajaran radikal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar