Kamis, 05 Desember 2019

Presiden Jokowi: Impor Petrokimia dan Migas Bebankan Neraca Perdagangan


CILEGON - Presiden Joko Widodo kembali menekankan pentingnya mengatasi defisit neraca perdagangan dan transaksi berjalan (Current Account Defisit/CAD). Sebab menurutnya, keduanyalah yang menjadi permasalahan ekonomi Indonesia yang selama bertahun-tahun.
Menurut Jokowi, kedua permasalahan tersebut terjadi karena bahan baku barang-barang di Indonesia masih impor. Salah satu yang menjadi beban adalah impor minyak dan gas bumi (Migas) serta Petrokimia.
"Salah satu masalah besar yang dihadapi negara kita adalah defisit transaksi berjalan dan defisit perdagangan. Karena barang-barang yang kita produksi di dalam negeri bahan bakunya masih impor. Termasuk di dalamnya adalah petrokimia dan juga yang namanya impor migas," ujarnya di Cilegon, Banten, Jumat (6/12/2019).
Berdasarkan catatannya, kebutuhan bahan kimia dalam negeri adalah sebesar 2,3 juta ton. Sementara kapasitas produksi di dalam negeri masih sekitar 736 ribu ton.
Artinya lanjut Jokowi, Indonesia harus mengimpor 1,52 juta ton bahan kimia untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Jika dinominalkan angka impor produk bahan kimia Indonesia saat ini mencapai Rp314 triliun.

"Impor kita 1,52 juta ton per tahunnya. Ini besar sekali," ucapnya.
Sementara ekspor produk Petrokimia Indonesia hanya sekitar Rp120 triliun. Sehingga saat ini untuk produk Petrokimia Indonesia masih defisit sekitar Rp193 triliun.
"Gede banget. Ini angka yang memberatkan neraca perdagangan kita. Dan kita biarkan bertahun-tahun tidak ada perubahan, ini kita selesaikan," jelas Jokowi.
(rzy)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar