Selasa, 30 Maret 2021

BIN Ungkap Jaringan Teroris Rekrut Anggota-Ajari Teknik Buat Bom Via Online


 

Jakarta - Badan Intelijen Negara (BIN) memaparkan bahwa rekrutmen teroris gencar dilakukan di media sosial (medsos). Saat aparat menghapus satu akun yang terlibat dugaan aksi terorisme, lalu muncul akun yang baru.

Hal itu diungkap oleh Deputi VII BIN, Wawan Hari Purwanto. Wawan mengatakan pemerintah terus berupaya untuk mencegah aksi terorisme.

"Dari tahun 2015 sudah terkuak terus ya setelah sebelumnya juga mereka dari Poso lari ke situ juga. Kemudian juga pernah ada rencana mau membunuh gubernur dan lain sebagainya. Ini semua terus kita ikuti dari waktu ke waktu, termasuk pergerakan dia ke provinsi lain, termasuk ke Nusa Tenggara Barat, di Jawa, maupun di Sumatera," kata Wawan dalam tayangan D'Rooftalk: 'Teror Bomber Milenial' di detikcom, Selasa (30/3/2021).

Wawan menyebut rekrutmen itu tak begitu tampak. Sebab, jaringan teroris melakukan perekrutan di media sosial dan tidak serta-merta teridentifikasi aksi yang mengarah ke perbuatan teroris.

"Jadi semua mengindikasikan bahwa memang mereka di samping terus bergerak, juga melakukan rekrutmen baru. Rekrutmen baru ini juga belum tampak di awal, sehingga saya melakukan patroli siber. Bagaimana apa yang terjadi di dunia maya dan kita lakukan counter, maupun melakukan upaya memblok juga mempidanakan, kalau memang susah ya dikasih tahu. Akhirnya dari mereka itu kita buru," tutur Wawan.

Wawan memaparkan jaringan terorisme itu tidak berkelompok dalam satu titik, melainkan menyebar di berbagai wilayah. Jaringan teroris ini, sebut Wawan, juga melakukan berbagai cara untuk mengelabui patroli siber.

"Dan memang kita sadari bahwa kalau mereka mencerai-beraikan diri mereka. Berlarinya itu berpencar, tidak pada satu titik. Kecuali kalau mereka menggerombol di suatu titik, itu mudah kita tangkap bareng-bareng. Bahkan kita tahu bahwa kita akan lakukan penangkapan dia berpencar larinya dengan menggunakan berbagai pola yang diubah. Nama dan pola komunikasinya semua berubah, dan di sana mereka melakukan rekrutmen dan melakukan perencanaan-perencanaan pergerakan. Itulah sebabnya maka perburuan terhadap perlakuan teror satu per satu itu dipetik, tidak rombongan gitu, karena mereka berada di dalam posisi melakukan penceraiberaian, pengingkaran, penghapusan jejak serta bentuk upaya pengelabuan-pengelabuan petugas," papar dia.

Wawan kemudian mengungkap aksi yang dilakukan jaringan terorisme sejak ISIS di Suriah jatuh. Pimpinan ISIS, kata Wawan, meminta untuk melakukan penyerangan di negeri masing-masing.

"Mereka memang di Suriah jatuh. Pimpinan ISIS mengatakan bahwa mereka memerintahkan untuk menyerang di negeri masing-masing, dengan cara masing-masing, dengan persenjataan ataupun apa yang mereka miliki. Itulah sebabnya mereka masing-masing bergerak sesuai dengan kondisi medan-medan yang ada dan ini kalau mereka punya grand skenario untuk menyerang iya, mereka memang ada rencana seperti itu. Kita juga sadari mereka secara terus menerus mencoba juga menggali dana dalam berbagai lini untuk memasok logistik dalam pelariannya, dan juga penyiapan-penyiapan apa yang diperlukan. Kalau nanti sudah tiba saatnya, melakukan pengantin tadi," kata dia.

Wawan mengatakan pola yang dilakukan oleh jaringan terorisme ini mulai terkuak satu per satu di media sosial. Jaringan ini, sebut Wawan, akan membuat akun baru ketika akun sebelumnya telah ditutup oleh polisi siber.

"Sejumlah temuan sekarang mulai terkuak satu per satu. Temuan bahan peledak yang mulai mereka kumpulkan, kemudian teknik pembuatan bomnya yang dia pelajari juga lewat online, bisa bertanya di situ kalau ada kesulitan, ada yang men-drive. Ini sekarang kan memang pola yang mereka sampaikan, sistem ajarannya lewat online itu. Kita sebetulnya sudah sejumlah akun-akun ini kita drop, kemudian kita juga counter maupun kita kejar secara hukum. Memang ketika sejumlah akun ditutup, muncul akun yang berbeda. Saya kira memang kejar-kejaran terus. Akun itu jumlahnya sudah banyak sekali," tutur Wawan.

"Oleh karenanya, kalau misalnya sekarang mereka pola menyerang situasi disesuaikan kondisi yang ada, tapi pada saat aparat siaga mereka tiarap, tapi aparat sibuk di tengah perhelatan tertentu mereka mencoba menyelinap masuk. Maka selalu kita dorong semua pihak, terutama di objek-objek vital maupun tempat-tempat ibadah dan tempat penting lainnya untuk meningkatkan kapasitas, dan mempersiapkan diri jika itu ada sesuatu yang mencurigakan cepat ambil langkah, sigap," sebut Wawan.

Sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar