Sabtu, 19 November 2022

Stunting Masih Jadi PR Pemprov NTB, Ini Langkah Wagub Rohmi


 

Stunting masih jadi pekerjaan rumah (PR) bagi Pemprov NTB. ”Ini terus pemprov ikhtiarkan penurunannya, agar prevalensinya bisa jauh berkurang,” kata Wakil Gubernur NTB Sitti Rohmi Djalilah.

Rohmi mengatakan, SDM di NTB harus kompetitif dan memiliki daya saing global. Untuk melahirkan itu, tentu dibuatkan penguatan pada sektor pendidikan serta kesehatan. Keduanya akan sangat berpengaruh pada kualitas SDM.

Faktor kesehatan menjadi hal utama yang tak boleh luput dari perhatian. Karena itu, Wagub berharap masyarakat terus memperhatikan gizi anaknya. Memastikan asupan makanannya mengandung protein hewani untuk mencegah stunting.

Selain itu, Rohmi juga meminta masyarakat untuk tidak khawatir soal penanganan stunting. ”Cara menanganinya ya dengan memberikan makanan bergizi serta menjalankan pola hidup sehat,” kata Rohmi.

Berdasarkan data pada aplikasi Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (PPGBM) per 15 September, rata-rata stunting di NTB sebesar 16,99 persen. Rinciannya, Kabupaten Sumbawa 8,11 persen; Sumbawa Barat 8,78 persen; Dompu 13 persen.

Kabupaten Bima 13,88 persen; Kota Bima 14,18 persen; Kota Mataram 17,08 persen; Lombok Timur 17,63 persen; Lombok Barat 18,69 persen; Lombok Tengah 20,81 persen; dan Lombok Utara 22,99 persen.

Sementara itu, Nutrition Officer UNICEF Kupang Ha’i Raga Lawa menerangkan, dari sejumlah pertemuan antara Unicef dengan pemerintah, yang kerap muncul sebagai sebab masalah gizi di NTB adalah pola asuh keluarga. Karena itu, ia menilai perbaikan pengetahuan keluarga sangat penting dalam masalah gizi termasuk stunting.
Baca Juga :  Dana APBD Diprioritaskan untuk Perbaikan Jalan dan Jembatan di Pulau Sumbawa

Perbaikan pengetahuan bisa melalui berbagai kegiatan termasuk pemberian informasi gizi dan konseling pemberian makan bagi ibu atau pengasuh. Selain itu, perkawinan anak juga disebutkan sebagai penyebab tidak langsung masalah gizi pada anak.

Lalu apa yang harus dilakukan orang tua? Ha’i menerangkan, posyandu menjadi sarana penting untuk monitoring pertumbuhan dan perkembangan anak. ”Hanya tenaga kesehatan terlatih, yang dapat menentukan stunting anak balita dan itu bisa dipantau rutin dari posyandu,” ungkapnya.

Jika anak terdeteksi mengalami stunting, maka upaya perbaikan asupan gizi dan penyembuhan penyakit atau infeksi sebagai penyebab utama dari stunting perlu dilakukan. Sehingga anak dapat dipulihkan status gizinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar