Selasa, 09 April 2019

Dewan Pakar Kubu Prabowo Rendahkan Masyarakat Papua

Dewan Pakar Kubu Prabowo Rendahkan Masyarakat Papua
Usai pernyatannya dalam acara Mata Najwa yang menyebut teknologi tinggi yang diterapkan di Papua tidak tepat sasaran. Sebab, warga provinsi itu belum siap menerima teknologi. Dewan Pakar BPN Prabowo Subianto – Sandiaga Uno, Said Didu langsung diserang di media sosial oleh warganet.
“Jangan masukkan teknologi tinggi ke Papua, umpamanya yang masyarakatnya belum nyampe. Harus disesuaikan dengan kemampuan masyarakat sehingga rakyat bekerja, sumber daya alam, semua hasil masuk dinikmati oleh negara,” ujar Said Didu.
Pernyataan Said itu menjadi topik perbincangan panas warganet. Banyak mereka yang kecewa lantaran mantan Sekretaris Kementerian BUMN itu terkesan merendahkan masyarakat Papua.
Berikut transkrip lengkap pernyataan Said Didu mengenai teknologi.
Ini contoh pemimpin yang bekerja secara sistem untuk menyelesaikan masalah. Dia menetapkan tujuan dulu baru menentukan alat.
Pak prabowo tujuannya adalah seluruh kekayaan alam, potensi alam untuk kesejahteraan rakyat baru mencari alat, teknologi adalah alat. Bukan berarti anti teknologi, tapi alat kalau alat itu tidak untuk kepentingan rakyat, buat apa.
Saya kasih contoh umpamanya e-commerce. Tapi ecommerce menjual produk China, buat apa bagi bangsa Indonesia. Yang paling penting adalah, teknologi sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat, jangan masukkan teknologi tinggi ke Papua umpamanya yang masyarakat belum sampai.
Jadi harus sesuaikan kemampuan masyarakat sehingga rakyat bekerja, sumber daya alam semua itu masuk dinikmati oleh negara.
Jangan kita jadi korban teknologi untuk kepentingan asing itu, yang ada di kepala orang yang biasa berpikir sistemik jangka panjang. Bukan tergoda dengan teknologi pemasar teknologi yang datang begitu saja ke negara ini.
Ragam komentar negatif dilontarkan warganet.
“Ini benar-benar merendahkan masyarakat @pemprovpapua, di mana kau letakkan sila ke-5 Pancasila Said, 02 tidak patut untuk dipilih kalau begini model timnya,” tulis @ophunkdoank.
“Maksud pernyataan bapak sebenarnya apa? Belum nyampe seperti apa? Mohon bisa diklarifikasi karena saya yang lahir dan besar di Papua merasa terhina dengan statement tersebut. Terima kasih,” kata @marshall_jan.
“Maksud Pak @saididu Papua kurang berpotensi karena SDM-nya rendah, sehingga tidak layak untuk teknologi yang tinggi. Kenapa tidak berpikir sebaliknya dengan memberikan teknologi hts pada suatu daerah untuk mendorong dan meningkatkan SDM-nya,” tulis @yoikiae.
Berbagai komentar negatif dari warganet membuat Said Didu angkat bicara. Melalui akun Twitter pribadinya @saididu, Said menyampaikan permintaan maaf atas kesalahpahaman yang terjadi akibat pernyataanya.
“Ada yang menggoreng pernyataan saya pada acara @matanajwa yang seakan merendahkan saudara saya di Papua. Padahal maksudnya bahwa penggunaan teknologi harus disesuaikan dengan potensi daerah – artinya harus tepat guna sesuai SDA dan kemampuan SDM. Saya mohon maaf jika ada kesalahpahaman tentang hal tersebut,” tulis Said.
Komika Arie Kriting mengomentari ulasan Said Didu yang kurang pas tersebut.
Arie Kriting yang merasa dianggap menggoreng ucapan Said Didu kemudian membuat balasan.
Ia memastikan tidak bermaksud menggoreng tapi tidak terima dengan pernyataan Said Didu yang memang merendahkan.
“Mohon maaf Pak. Saya pribadi tidak bermaksud menggoreng. Saya tidak terima. Statement bapak memang merendahkan. Masalah penguasaan teknologi tidak ada hubungannya dengan etnis mana pun. Orang Papua banyak yang maju dan siap memanfaatkan teknologi apapun. Hormat,” balas dia.
Ia meminta Said Didu tak perlu berkelit dan mengakui saja telah salah berbicara, tidak usah menuduh orang lain menggoreng isu.
“Kalau salah bicara, ya sudah salah bicara saja. Tidak usah menuduh orang lain menggoreng isu. Saya tidak terima dengan klaim sepihak yang mendiskreditkan etnis tertentu. Anggapan masyarakat Papua tidak mampu, itu adalah anggapan lama yang harus kita hapus bersama,” kata Arie Kriting.
Arie Kriting berharap Said Didu mau meminta maaf secara terbuka kepada orang Papua karena sudah melakukan diskriminasi atas intelektualitas masyarakat Papua.
“Ini jauh lebih besar dari pertarungan politik. Ini tentang sikap dan cara pandang kita terhadap sesama anak bangsa.
Hormat,” tulis Arie Kriting.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar