Jumat, 09 Agustus 2019

5 Pilar Andalan Pemerintah untuk Transformasi Ekonomi


JAKARTA - Pemerintah menyiapkan lima kebijakan transformasi ekonomi untuk mendonkrak pertumbuhan ekonomi yang lebih baik. Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, kebijakan pertama adalah dengan melakukan optimalisasi pembangunan infrastruktur.
Dia menjelaskan, pilar pertama tersebut berfokus pada upaya mengoptimalkan manfaat yang diperoleh dari pembangunan infrastruktur pemerintahan saat ini. Sambil melanjutkan, pemerintah akan mengintegrasikan pembangunan infrastruktur fisik, non fisik, dan digital.
“Pemerintah pada tahun pertama memang membangun infrastruktur, saya enggak perlu mengulangi seperti apa dari nilai jalan tol, pelabuhan laut, bandara, kereta api, waduk, dan apa saja yang sudah dibangun,” ujarnya di Hotel Borobudur, Jakarta, Jumat (9/8/2019).
Sejak 2016 hingga 2018, pemerintah memang gencar melakukan pembangunan infrastruktur. Tercatat pada akhir tahun lalu sejumlah 62 Proyek Strategis Nasional (PSN) telah diselesaikan.
Darmin juga menyebut, pembangunan infrastruktur akan tetap dilakukan secara bertahap dengan perencanaan yang terintegrasi dan kelengkapan prasarana pendukung, tanpa membebani BUMN secara berlebihan. Tujuannya agar pusat-pusat kegiatan ekonomi saling terintegrasi sehingga tercapai efisiensi bagi kegiatan perekonomian.
“Contoh Jalan Tol Jawa belum 100% tapi sudah menyambug. Tapi dia enggak cukup jalan tol saja. Artinya perlu disambungkan, jangan dianggap persoalan mudah kita harus punya sentra-sentra kegiatan mayarakat bukan hanya industri,” jelasnya.
Lalu kebijakan kedua adalah penguatan implementasi kebijakan pemerataan ekonomi. Kebijakan ini diarahkan untuk mengatasi faktor-faktor ketimpangan melalui pilar kebijakan ekonomi yang berkeadilan. Salah satunya dilakukan melalui Reforma Agraria yang terdiri dari Tanah Objek Reforma Agraria (TORA), Perhutanan Sosial, dan moratorium serta peremajaan perkebunan kelapa sawit.
“Kebijakan-kebijakan tersebut diharapkan dapat mengurangi ketimpangan dan membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi lebih berkualitas," jelasnya.
Ketiga adalah meminimalisasi ketergantungan terhadap modal asing jangka pendek yang diarahkan untuk mengatasi saving-investment gap yang kerap terjadi di Indonesia. Caranya, dengan meningkatkan inklusi keuangan melalui utilisasi aset, agar akses masyarakat terhadap sistem perbankan menjadi meningkat.
Untuk menekan kebutuhan terhadap Dolar AS dilakukan pengembangan transaksi non dolar antar negara dan mendorong industri penghasil devisa, antara lain industri non migas berorientasi ekspor, pariwisata, serta jasa yang menghasilkan remitansi.
Selanjutnya keempat yaitu, efisiensi pasar tenaga kerja dan peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Di tengah gejolak dinamika global dan hadirnya industri 4.0, timbul juga tantangan bagi pemerintah dalam menciptakan regulasi yang mampu menyiapkan SDM berkualitas, serta memastikan pekerja mendapat pekerjaan yang layak melalui peningkatan keterampilan yang berkelanjutan.
Hal tersebut dilakukan dengan cara merevitalisasi kurikulum agar sesuai kebutuhan industri dan menambah instruktur, membakukan standar kompetensi, membangun platform Job Matching antar lembaga vokasi dan industri, pembangunan informasi pasar kerja yang efektif dan berkelanjutan, serta membentuk komite vokasi baik di pusat dan daerah.
Terakhir adalah konfigurasi investasi untuk mendukung pertumbuhan. Saat ini memang Rasio Incremental Capital Output Ratio (ICOR) tergolong tinggi, jika dibandingkan dengan negara seperti Vietnam dan India. Hal ini menandakan bahwa investasi di Indonesia secara makro kurang efisien.
"Kelima pilar transformasi ekonomi tersebut perlu dijalankan dengan memperhatikan sinergi dan dukungan dari seluruh sektor maupun stakeholder di bidang ekonomi, agar dapat memberikan dampak yang lebih luas terhadap masyarakat," ucap Darmin.
(rhs)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar